Kompas.com/Nazar Nurdin
Usai melarungkan sesaji, warga Keluarahan Kandri Kecamatan Gunungpati Kota Semarang makan bersama di sekitar lokasi Sendang, Kamis (27/3/2014)
|
Ritual Warga Kandri demi Memelihara Mata Air
Lurah Kandri, Akhiyat mengatakan, ritual Nyadran Kali dilakukan dalam bentuk berbeda dibanding sebelumnya. Menurutnya, karena Kelurahan Kandri masuk menjadi desa wisata, ritual Nyadral pun disesuaikan dengan materi sarat promosi dan pariwisata. Maka, muncul tema festival Nyadran Kali dan Sedekah Bumi ini.
“Kami lakukan rutin pada Kamis Kliwon di bulan Jumadil Akhir,” kata Akhiyat di lokasi Sendang, Kamis.
Pada acara ini, berbagai peran dan partisipasi masyarakat sangat terlihat. Semua warga, terutama ibu-ibu, membawa hidangan makanan yang dibungkus dalam daun jati. Makanan ini kemudian disantap bersama di taman sekitar Sendang.
Anak-anak yang ikut terlihat berbaris di belakang. Di depannya, ibu-ibu pawai dengan menggendong makanan sembari membawa selontar daun pisang. Para pria juga mengenakan adat Jawa menggunakan blangkon dan peralatan lain. Sebagian lain memakai peralatan khas prajurit kerajaan.
Dalam kesempatan ini, larung sesaji yang digunakan sebagai persembahan juga dipamerkan dengan cara diarak dan diringi alunan mantra Jawa. Sesekali juga terlihat seorang yang bertugas membawa dupa dan bara api memulai langkahnya memandu.
Larung sesaji itu berisi kepala kerbau, sego golong, jadah, sego guo. Sebuah gong juga dibawa. Mereka kemudian mendekati Sendang dan membacakan ritual mantra, lalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar mata air di daerahnya tetap mengalir.
Setelah ritual usai, warga yang telah membawa bekal, makan bersama-sama. Nasi dengan lauk telur, ayam, tahu, tempe dihidangkan di atas daun pisang yang disusun memanjang. Mereka kemudian makan bersama. Kekompakan warga pun terjalin.
Akhiyat mengatakan, ritual Nyadran Kali merupakan kegiatan untuk melestarikan kebudayaan warisan nenek moyang. Tradisi ini disebut sebagai wujud syukur kepada Tuhan karena warga tidak pernah kekurangan air.
“Salah satunya kami dengan menjaga kebersihan Sendang yang selama ini menjadi sumber penghidupan masyarakat," bebernya.
Seusai ritual, Festival Nyadran dilanjutkan di lapangan bola di Kelurahan Kandri. Festival budaya digelar dengan model kirab budaya, Gamelan Sepuh, Gendhongan Lesung, hingga Wayang Dakwah.
Namun, sayang, pengukuhan Dewi Kandri yang sedianya disematkan kepada Istri Wali Kota Semarang, Tia Hendrar Prihadi, tidak digelar. Tia tidak bisa hadir untuk dinobatkan sebagai Dewi Kandri.
Juru kunci Sendang, Supriyadi mengatakan, Sendang di Kandri memiliki mata air yang sangat besar. Masyarakat semula khawatir jika nantinya air yang besar itu menular dan membanjiri desa. Untuk itulah, masyarakat setempat berinisiatif menutup mata air dengan gong, jadah dan kepala kerbau.
"Prosesi itulah yang kami lakukan sampai saat ini. Selain itu, kami juga ingin melestarikan budaya leluhur," timpalnya.
Sumber: Kompas.com
0 Comments
Berkomentarlah Sesuai dengan Topik - Terimakasih.